Pelayanan Kesehatan untuk Odha Masih Buruk

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) telah menjadi perhatian serius bagi setiap negara. Ia telah menyebar ke seluruh dunia, sehingga tidak ada satu negarapun yang dapat mengklaim negaranya bebas dari HIV/AIDS.
Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indoensia sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut catatan Departemen Kesehatan, pada akhir Juni 2006 telah mencapai angka 10.859 kasus dengan rincian 6.332 penderita AIDS dan 4.527pengidap HIV.

Data ini merupakan data resmi dari pemerintah. Tetapi data sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya. HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, yang muncul dan terlihat dipermukaan sedikit, tetapi yang tidak terdata sesungguhnya sangat besar jumlahnya. Departemen Kesehatan mengestimasi jumlah sesungguhnya di Indonesia sekitar 90.000 – 130.000 kasus.

Meningkatnya jumlah orang dengan HIV/AIDS (Odha), tidak diikuti dengan peningkatan pelayanan kesehatan untuk mereka. Sebuah laporan hasil penelitian partisipatif menyebutkan bahwa salah satu hambatan utama dari akses terhadap pelayanan kesehatan bagi Odha adalah kurangnya pengetahuan penyedia layanan kesehatan terhadap HIV dan AIDS, serta pengertian dan etika mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan epidemi ini di Indonesia.
Rico Gustav, Asisten Hubungan Masyarakat Sipil UNAIDS Indonesia pada peluncuran laporan “Odha dan Akses Pelayanan Kesehatan”  di Jakarta, 12 Oktober 2006 silam mengatakan pelayanan kesehatan di Indonesia secara umum memang buruk. “Ditambah lagi dengan masalah stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh orang yang hidup dengan HIV, kondisi ini menjadi tidak dapat diterima,” imbuhnya.

Sebuah focus group discussion yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, misalnya, menguak adanya seorang pasien yang ingin berobat untuk tuberkulosa ke sebuah klinik, tidak dihiraukan oleh penyedia layanan kesehatan karena status HIV-nya.
Menurut Rico kondisi seperti ini akibat dari ketidaktahuan penyedia layanan kesehatan terhadap masalah HIV dan AIDS. Kebanyakan karena mereka tidak mengerti, mereka tidak tahu, dan tidak ada insentif yang mendorong mereka untuk mencari tahu lebih banyak,” paparnya.

Laporan yang berjudul “Odha dan Akses Pelayanan Kesehatan” ini juga menguak pentingnya akses terhadap pelayanan pengobatan, perawatan, dan dukungan untuk HIV/AIDS.
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan oleh 12 Odha dan 11 peneliti dari berbagai lembaga yang peduli dengan HIV/AIDS. Sedangkan Irwanto dengan Laurike Moeliono memberikan konsultasi dan melakukan penulisan akhir.

Jane Wilson, perwakilan UNAIDS untuk Indonesia mengatakan keberhasilan penelitian ini sebagian besar karena keterlibatan langsung dari Odha sendiri. “Keterlibatan mereka sangat penting bagi upaya penanggulangan AIDS yang etis dan efektif,” katanya.

Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS mengatakan laporan ini merupakan sumbangsih yang besar bagi upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV. Menurutnya, banyak temuan penting yang akan menjadi acuan aksi-aksi penanggulangan AIDS di Indonesia. “Penelitian partisipatif ini bisa menjadi pengalaman yang berharga tentang bagaimana mendorong keterlibatan Odha,” ucapnya.

Semoga rekomendasi dari penelitian ini dapat dilaksanakan segera dan melibatkan berbagai pihak. “Setelah kita tahu masalahnya, tinggal kita menyelesaikan bersama-sama. Karena lokasi penyebaran HIV berada di kota hingga desa dan di tempat hiburan hingga penjara,” imbuh Nafsiah.**

Published by Asep Saefullah

Manusia biasa dari Bandung. Kini bekerja untuk Kantor Berita Pena indonesia ->www.penaindonesia.com

5 thoughts on “Pelayanan Kesehatan untuk Odha Masih Buruk

  1. saya lagi nyari koresponden yang menederita hiv/aids dikarenakan jarum suntik, saya ingin menanyakan banyak hal. kiranya ada yang dapat membantu. thanks before….

  2. Saya mahasiswa FKM UH, Makassar. Sedang penelitian tentang pelayanan ODHA, adakah teman-teman yg punya data atau hasil riset tentang pelayan kesehatan ODHA di rumah sakit.

    Salam
    Rifqah
    0817 9408 803

  3. Catatan:
    Bagi saudara-saudara yang tertarik untuk mengikuti kursus pembelajaran teknik tali wasilah bisa langsung menghubungi Sekretariat Lembaga Aplikasi pembelajaran Zikirullah
    YAYASAN KIBLATUL AMIN DUA BATAM Komplek perumahan Cendana, Batam Centre, Pulau Batam, Kepri
    Telp dan Fax 0778475514
    Bapak. Drs. Ahmad Saeful Bhari +628127010417
    Mas Dodik +62819809141

    Jakarta : +6285921191036 (Ustaz Drs Mas Yosa)
    Bandung : +6281322797926 Ustaz Husein & Ustaz Satria (Komplek Pasadena jl. Kasturi B5 no. 8 Caringin, Bandung)
    Solo : +6281329396225 (Ustaz Supri)
    Surabaya : +623177678585, +6281703070390, +628993351520, +628155231306 (Ustaz Biantoro, Mas Dito Harwanto, Mas Yudi)
    Kendari : +6281341577843 (Ustaz Hasan Basri)
    Yogyakarta : +6281328437614 (Ustaz Mujayyen)
    Semarang : +6281325277410 (Ustaz Mahadi)
    Lampung : +62819692350 (Ustaz Arya)
    Situbondo, Jember, Banyuwangi : +6285746644771(Ustaz Abidi)
    Malang, Madiun, Ngawi, & Ponorogo : +6285236420807 (Ustaz Muhammad Sazli)
    Probolinggo dan Pandaan : +6281234554747 (Ustaz Amirrudin)
    Bali : +628123811555 (Mas Anto’)
    Palembang : +6281368900336 (Ustaz Holili)
    Banjarmasin : +6281349550892 (Ustaz Helmi)
    JawaTimur : +6287857931103 (Ustaz Abidi )
    Aceh & Medan : +6281973739777 (Ustaz Ir Risdianto)
    Kuala Lumpur (Malaysia) (+60132525974 Ustaz Fauzi)

    Ataupun jika sahabat saudara mempunyai permasalahan apa saja (HIV-AIDS, kanker stadium berat, penyakit2 berat atau permasalahan metafisik yg menahun). Dipersilahkan menghubungi kontak yang penulis sebutkan diatas.

    N.b.: Tidak perlu mengganti biaya pengobatan apabila tidak ada bukti perkembangan kesembuhan (dari awal sakit), silahkan dicoba.

Leave a reply to Daily File Cancel reply