Muara Jati, Simpul Bisnis Asia Tenggara

Pada abad XIV di pantai Laut Jawa terdapat sebuah desa nelayan bernama Muara Jati. Saat itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga. Ki Gedeng Alang-Alang, pengelola pelabuhan saat itu memindahkan pemukiman warga Muara Jati ke Lemahwungkuk. Selanjutnya berdiri kerajaan baru dengan Raja bergelar Cakrabuana.

Berdirinya kerajaan Cirebon membuat Muara Jati berkembang menjadi pelabuhan ternama di Tenggara.

Konon, Cirebon berasal dari Caruban atau tempat pertemuan atau persimpangan jalan. Ada juga yang meyakini nama itu berasal dari kata ‘carub’ dalam bahasa Jawa yang berarti campuran. Bentuk “caruban” ini oleh Tome Pires dicatat sebagai Choroboarn. Ada kemungkinan terpengaruh bahasa Sunda yang berawalan Ci (berarti air atau aliran sungai), kota ini kemudian disebut Cirebon. Makna lainnya adalah sungai yang mengandung banyak udang (rebon berarti udang kecil).

Jejak kejayaan Muara Jati sebagai simpul bisnis dapat dilihat dari arsitektur bangunan keraton. Di sini ada tiga keraton, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Keraton Kasepuhan dan Kanoman arsitekturnya bernuansa China–Jawa. Sedangkan Kacirebonan bercorak arsitektur Eropa.

Batik Trusmi merupakan karya Cirebon yang hingga kini masih diburu orang. Terdapat dua ragam hias batik Cirebon, yakni batik pesisir yang dipengaruhi China dan keraton yang banyak dipengaruhi Hindu dan Islam. Batik pesisir, motifnya banyak ditandai dengan flora dan fauna, seperti binatang laut dan darat, ikan, pepohonan, daun–daunan. Sedang batik keraton motifnya cenderung berupa ornamen batu–batuan, kereta singa barong, naga seba, taman arum dan ayam alas.

Kini Muara Jati menjadi pelabuhan yang sepi. Hanya truk-truk pengangkut batubara yang saat ini keluar-masuk pelabuhan. Padahal wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) memiliki beragam produk yang biasa diekspor. Saat ini produk unggulan dari Ciayumajakuning dan berbagai daerah lainnya di Jawa Barat diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Padahal ongkos pengiriman dari Ciayumajakuning ke Tanjungpriok sangat tinggi. Untuk mengirim barang dalam satu truk setidaknya perlu ongkos hingga Rp 2 juta. Selain itu pengiriman dan antrian di Tanjungpriok menghabiskan waktu yang tidak sebentar.

Upaya mengembangkan Pelabuhan Cirebon sudah sejak lama dilakukan termasuk pada Zaman Belanda. Pada tahun 1890 pelabuhan diperluas dengan pembangunan kolam pelabuhan dan pergudangan. Sebagai pintu gerbang perekonomian Pulau Jawa memiliki peran sangat strategis. Potensi lainnya yakni tersedianya terminal batu bara, aspal curah dan minyak sawit dan berperan pula melayani kegiatan perdagangan antar pulau. Sejumlah fasilitas pergudangan dan terminal penumpukan barang juga tersedia di pelabuhan ini.

Dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Cirebon ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Rencananya Pelabuhan Cirebon menjadi pelabuhan internasional yang merupakan pintu gerbang perekonomian Jawa Barat di wilayah timur.

Pengembangan Pelabuhan Cirebon tersebut menjadi bagian empat target utama pembangunan Jawa Barat. Target tersebut meliputi pembangunan jalan lintas Jawa Barat selatan, pembangunan bandara internasional di Majalengka, pengembangan Pelabuhan Cirebon menjadi pelabuhan internasional dan mewujudkan sport center skala internasional untuk Sea Games 2009.

Dengan mengembangkan Pelabuhan Cirebon Jawa Barat dapat menyelamatkan pendapatan dari pergerakan barang dan orang yang “lari” ke Pelabuhan Tanjung Priok atau Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dan yang tak kalah pentingnya untuk membangkitkan dinamika ekonomi dan sosial masyarakat Ciayumajakuning.

Pengembangan Pelabuhan Cirebon juga akan mendorong berbagai sektor lainnya. Pengembangan jalan tol Cikampek-Cirebon, Cileunyi-Sumedang-Dawuan dan pembangunan bandara di Majalengka akan segera terlaksana. Ketika pelabuhan, jalan tol dan bandara beroperasi, Ciayumajakuning akan menjadi simpul bisnis utama di Pulau Jawa. Dan bukan hal yang mustahil Muara Jati kembali menjadi pelabuhan penting di Asia Tenggara seperti dulu.****

Published by Asep Saefullah

Manusia biasa dari Bandung. Kini bekerja untuk Kantor Berita Pena indonesia ->www.penaindonesia.com

6 thoughts on “Muara Jati, Simpul Bisnis Asia Tenggara

  1. Terima kasih buat Tim CPC atas kunjungannya.

    Sudah lama saya berniat berkunjung ke Gedung CPC, namun saat lewat sana waktunya tidak tepat. Kadang sedang dikejar jadwal kereta, atau ditunggu kawan.

    Sukses ya!

Leave a reply to sampri Cancel reply